Bulan April, adakah sesuatu hal yang penting
sehingga membuatku menulis seperti ini? Jawabannya:
“Ya iya donkz, masa ya iya lah,
buah aja kedondonkz bukan kedonlah”.
Tanpa kita sadari, bulan April tahun 2009 kali ini
lebih terasa mak nyos ketimbang
bulan–bulan April lainnya, kenapa? Kok
gitu sich? Ya karena bagi para politisi tahun 2009 ini kan ada pemilu, jadi
setidaknya ada kesempatan untuk berkuasa selama lima
tahun mendatang -ya kalau menang tentunya. Itu kan kalau menang, kalau kalah?
Efek domino yang ditimbulkan bisa beraneka ragam macam dan rupa, mulai dari
kecewa (KALAU YANG INI PASTI), stress
bahkan mungkin sampai bosdet -alias
“menempuh hidup baru” dalam kedamaian, tak lain dan tak bukan adalah mati. Enough, cukup, sudah, sampe di sini saja
ngomongin politik, muak aku
mendengar, membicarakan, dan memikirkannya.
Bagi siswa sekolah, akhir bulan ini adalah bulan
yang menentukan masa depan, nama baik, mental dll. Kok gitu sich?
“YA ELAH PAKE KATA-KATA INI LAGI,
GAK KREATIF BANGET YA?”
What can I do?Apa boleh buat. Di bulan April ini ada
ujian nasional yang menjadi klimaks tak mengenakkan bagi siswa, kenapa? Karena
hasil sekolah selama tiga tahun hanya ditentukan dalam waktu dua jam, sungguh
menyedihkan dan mengerikan. Ditambah lagi tahun ini siswa SMK mendapat “kado
tambahan”, pelajaran produktif di ujian nasional. Ajie gileeee.
Selain kedua hal tersebut di atas, masih ada dua yang lain lagi. Kali ini, yang mendapat urutan ketiga adalah bulan sastra. Sastrawan-sastrawan besar, bahkan mungkin (BUKAN MUNGKIN TAPI KENYATAAN) terbesar dari yang pernah lahir di bumi Indonesia, yang meninggal pada bulan ini, dia adalah Pramoedya Ananta Toer. Tapi, kenapa juga tanggal 30 April ? Coba kalau tanggal 28 April?
Selain kedua hal tersebut di atas, masih ada dua yang lain lagi. Kali ini, yang mendapat urutan ketiga adalah bulan sastra. Sastrawan-sastrawan besar, bahkan mungkin (BUKAN MUNGKIN TAPI KENYATAAN) terbesar dari yang pernah lahir di bumi Indonesia, yang meninggal pada bulan ini, dia adalah Pramoedya Ananta Toer. Tapi, kenapa juga tanggal 30 April ? Coba kalau tanggal 28 April?
“WAH BISA GEGER DUNIA PERJAGATAN
SASTRA TANAH AIR”
“Kok gitu sich?”
“WAH LU BENER BENER NGGAK BISA
DIATUR, MUNCUL LAGI MUNCUL LAGI, BENER-BENER NGGAK KREATIF”
Karena pada tanggal 28 April ini, “binatang paling
jalang” yang pernah dimiliki Indonesia melakukan tidur panjangnya dengan pulas.
Tapi sepertinya dewa berkehendak lain dengan berbaik hati memberikan bonus dua
hari. Yang berikutnya adalah R.A Kartini, sosok perempuan berpikiran maju yang
dengan lantang membela kaum perempuan untuk bisa berdiri sejajar dengan dengan
kaum pria. Siapa coba yang nggak kenal sama dia, dari Sabang sampai Merauke,
pasti kenal namanya, bahkan di dunia internasional pun namanya harum. The last one, alias yang terakhir,
adalah Chairil Anwar, seperti yang sudah saya sungging sebelumnya, (EH MAKSUDNYA SINGGUNG SEBELUMNYA), ia
adalah seorang penyair pelopor angkatan 45 yang tetap setia pada profesinya
sampai Grimm (dari yang pernah
kubaca, adalah nama depan dari malaikat pencabut nyawa) menjemputnya. Jadi
ingat sama puisinya yang sangat terkenal, yang berjudul “Aku”
Kalau sampai waktuku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang,
menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari,
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku ingin hidup seribu tahun lagi
“SUMPAH BOSS, WAKTU AKU NULIS PUISI
TADI, AKU NGGAK BACA, TAPI ADA YANG KURANG SATU BARIS, SAMA SALAH NULIS
AKHIRNYA YA AKU NURUN JUGA TAPI CUMA DIKIT KOK”.
Itulah puisi yang kumaksudkan tadi, pertama kali aku
mendengarkannya dari seorang guru bahasa Indonesia. Dia membacakannya di depan
kelas, dan ketika aku mendengarkannya, betapa kurasakan rangkaian kata katanya
yang penuh dengan perjuangan. Selain itu ada juga sajak berjudul “Nisan” yang
berbunyi:
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka mahatuan bertahta
Tahun ini adalah 60 tahun setelah kematiannya dan
juga 89 tahun sejak kelahirannya, itu berarti masih kurang 919 tahun lagi
menuju seribu tahun, tapi aku yakin namanya akan tetap abadi.
Sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar
Dalam diriku jika kau datang
Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang
Tubuhku diam dan sendiri
Cerita dan peristiwa berlalu beku
Hal penting di bulan ini (yang baru kuketahui sore
ini) adalah hari bumi. Seperti kita ketahui pemanasan global sedang menerjang
kita. Itu semua tak lain dan tak bukan karena apa yang telah kita lakukan
selama ini. Sudah sepatutnya kita sebagai manusia (kalau mau disebut demikian
tentunya) mengintrospeksi diri kita sendiri untuk mencegah pemanasan global.
Dan yang paling penting dari semua itu adalah, mulailah melakukannya dari
sekarang, tapi jangan omdo alias omong doank, bahasa gaulnya NATO, No Action, Talk Only.
Blora, 22 April 2009
19:09
19:09