007, Tahukah anda makna yang terdapat di balik angka
tersebut. Di dalam kehidupan dan dunia sepak bola angka tersebut merupakan
angka keberuntungan. Nomor sepuluh merupakan angka sakral dalam dunia sepak
bola, dan nomor tiga belas adalah angka sial. Tapi, itu kan cuma takhayul dan
Michael Ballack tidak mempercayai takhayul. Jadi ia mencoba mematahkannya
dengan menggunakan nomor tersebut. Tidak hanya di klub, tetapi juga di timnas,
buktinya? Di klub yang pernah dibelanya, belum pernah sekali pun ia menjadi
juara Liga Champions, karena selalu gagal di partai terakhir. Pun demikian
halnya dengan di timnas, baik di Euro maupun di Piala Dunia, ia selalu gagal di
partai final. Kesimpulannya bisa anda petik sendiri.
Kembali ke 007, ada sebuah film yang diangkat dari
novel karya Ian Flemming (kalau tidak salah). Dalam film tersebut pemeran
utamanya adalah seorang agent dengan kode 007. Dalam salah satu filmnya yang
berjudul The World Is Not Enough, pimpinan dari agent tersebut pernah berbicara dalam salah satu scene, yang kalimatnya kurang lebih
begini:
"Aku
telah kehilangan agent terbaik yang pernah kumiliki, walaupun aku tidak pernah
mengatakannya secara langsung kepadanya", (karena pada saat itu agent tersebut dikira tewas dalam sebuah
ledakan).
Tapi bukan 007 namanya kalau tewas, terus nanti yang
jadi pemeran utama yang mengalahkan musuhnya siapa donk? Entah kebetulan, entah takdir atau entah apapun juga itu
namanya, bagiku sama saja tidak ada bedanya, 007 adalah nomor tahanan yang
digunakan oleh Pramoedya Ananta Toer sewaktu ia berada di pulau Buru. Bagiku
banyak kesamaan yang dimiliki oleh kedua tokoh ini. Mereka sama-sama terbaik
dalam bidang mereka masing masing, mereka pun juga memiliki
"kelainan", ya mungkin itu adalah "efek samping" dari
kelebihan mereka masing masing. Pramoedya Ananta Toer seperti kita tahu, ia
adalah penulis terbesar dan terhebat yang pernah dimiliki oleh Indonesia (ini
menurutku loh, kalau anda tidak sependapat, terserah anda) walaupun aku tak
pernah mengatakannya secara langsung kepadanya (karena aku baru "benar-benar"
mengenalnya setelah ia pergi meninggalkan Bumi
Manusia alias come back). Sebagai
rasa kagumku padanya, baru-baru ini aku membuat sebuah puisi tentang Pram yang
kuberi judul Untitled (loh kok
judulnya dalam bahasa Indonesia artinya belum ada judul?). Selain itu, aku juga
sempat membuat puisi tentang tetralogi pulau Buru (anak rohaninya). Mungkin aku
memang tidak seperti Pram, tapi aku mencoba untuk menjadi "sebesar"
dirinya, dan untuk "mengejar" dirinya memang bukanlah suatu perkara
mudah, tapi kita harus bekerja keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita,
kalaupun tidak tercapai setidaknya: buatlah
sesuatu yang berarti sebelum kau mati, bukankah begitu kata Pram?
Blora, 10 Februari 2009