Jumat, 23 Januari 2009

Bidadari Hati


Namamu tak pernah kucatat
dalam kamus kehidupanku
Namun tak kuasa aku menyobeknya
dari dalam bait puisi cintaku

Rangkaian huruf menjadi kata
Mengandung arti penuh makna
Sebuah do’a penuh cinta kasih
orang tua kepada empunya nama

Wajahmu tak pernah kulukis
dalam bayangan kenangan indah
Tapi tak pernah bisa kuhapus
            ingatan tentangmui dalam hati membuncah

Mungkin kaulah cinta pertama
Sosok begitu anggun mempesona
Menawan hati yang melihatnya
Kata-katamu bagaikan angin semilir
yang menyegarkan rasa di jiwa

Bagiku kaulah bidadari hati
Bagi setiap pria yang bernyawa

Blora, 23 Januari 2009
23:44
Kubuat untuk mengingat orang yang pernah singgah di hatiku

Senin, 19 Januari 2009

Sebuah Kenangan

Kedatanganmu tak pernah kuduga
Tanpa kuasa harus kuterima
Telah kau semai benih kasih sayang
Di lahan hatiku yang gersang

Bagai hujan di musim kemarau
Air turun membasahi hati yang galau

Walau bibirmu tak pernah berkata
Namun hatimu sudah banyak berbicara
Matamu mengatakan semuanya

Cendawan cinta telah kau tumbuhkan
Di hatiku yang kering kerontang
Dengan air kesucian dan ketulusan
Tapi kini kau kembali menghilang

Mengapa hujan tak pernah selalu turun
membanjiri “Bumi Manusia”
Dengan lautan asmara tiada tara
Kau pergi tanpa sempat berkata
Meninggalkanku seorang diri merana

Ketiadaanmu begitu sekejap mata
Seperti halnya kedatanganmu
Dan kebersamaan kita berdua
Di masa yang telah lalu

Tapi kau telah mengisi
kekosongan hatiku
Dan tiada akan pernah
kulupakan dirimu

Blora, 19 Januari 2009
02:03
Kubuat untuk mengenang orang yang pernah singgah di hatiku

Membaca Pram


Komentar untuk buku Bumi Manusia
Kalau banyak orang menilai Ayat – Ayat Cinta (yang katanya bisa membuat hati gerimis), merupakan novel yang luar biasa maka saya harus mengkuadratkannya setelah saya membaca novel “ Bumi Manusia “. Tidak hanya membuat saya terharu dengan cerita, Pram juga menitipkan kepada kita kata-kata bijak melalui tokoh-tokoh yang luar biasa dengan karakter-karakter yang natural (tidak seperti sinetron-sinetron sekarang ini).
Komentar untuk buku Anak Semua Bangsa
Novel kedua tetralogi pulau Buru Anak Semua Bangsa tidak kalah mengharukannya dengan Bumi Manusia. Disisipi dengan cerita dari “orang – orang yang melawan” dengan sekuat tenaga menghadapi ketidakadilan (termasuk tokoh utama itu sendiri) walaupun pada akhirnya “ kalah “ di satu sisi, tapi di sisi lain ia adalah “pemenang”.
Komentar untuk buku Jejak Langkah
Novel ini lebih seperti diary yang dikembangkan kembali menjadi cerita. Berbeda dengan Bumi Manusia dan  Anak Semua Bangsa yang mengandung lebih banyak insur imajinatif –mungkin karena tidak banyak catatan mengenai TAS-, tetapi masih disisipi dengan percintaan tokoh utamanya.
Komentar untuk buku Rumah Kaca
Pengalihan sudut pandangdalam novel Rumah Kaca  menggambarkan sepada kita jalan pikiran pengamat kegiatan pribumi terpelajar di dalam rumah kaca-nya, terhadap apa yang dilakukan pleh penghuninya.
Komentar untuk buku Bukan Pasar Malam
Pram menulis roman Bukan Pasar Malam dengan penuh perasaan terhadap sosok ayahandanya. Di satu sisi ia membenci ayahnya, di lain sisi ia menyayanginya, ia marah tapi ia juga kasihan, ia hinakan ayahnya tapi ia juga menghormatinya, ia kecewa tapi ia juga bangga terhadap ayahnya, tidak hanya perasaanya terhadap ayahandanya juga terhadap adik-adiknya.
Komentar untuk buku Larasati
Pram menggambarkan sosok Larasati sebagai seorang generasi muda yang kritis terhadap generasi tua yang bobrok, yang korup, mau enak sendiri, berkhianat demi sesuap nasi dan selembar pakaian, tidak memiliki pendirian, di samping itu secara tak langsung ia berpesan kepada kita bahwa yang mampu melakukan perubahan adalah generasi muda bukanlah generasi tua.
Komentar untuk buku Jalan Raya Pos Jalan Daendels
Dalam buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, Pram menggambarkan kekejaman seorang Daendels untuk membuat jalan sejauh 1000 KM, dari Anyer sampai Panarukan ditambah pula dengan pengalaman penulis sendiri di kota yang bersangkutan.
Komentar untuk buku Cerita Dari Blora
Menceritakan tentang kehidupan masa kecil penulis, Cerita Dari Blora benar-benar membuat saya sangat tertarik dengan ceritanya. Pram menulis dengan sudut pandang seorang anak umur lima tahun perihal kehidupan dan lingkunagn disekitarnya.

Blora, 19 Januari 2009
01:26
Kubuat untuk bahan buku 1000 Wajah Pram dalam Kata dan Sketsa

Minggu, 11 Januari 2009

Kelinci Percobaan Pemerintah DKI Jakarta


Mulai tanggal 4 Januari 2009, pemerintah DKI Jakarta memajukan jam masuk sekolah yang sebelumnya pukul 07.00 menjadi pukul 06.30. Menurut pemerintah DKI Jakarta hal ini dimaksudkan untuk mengurai kemacetan yang ada di Jakarta. Mengapa siswa sekolah yang menjadi “kelinci percobaan”. Karena siswa sekolah Menyumbang 14% kemacetan di Jakarta. Rencananya setelah siswa sekolah ke depannya pemerintah DKI Jakarta akan mengatur jam masuk karyawan sesuai dengan daerah kerjanya. Lagi-lagi dengan alasan untuk mengurai kemacetan di DKI Jakarta. Mengenai kebijakan ini masyarakat ada yang pro tapi banyak yang kontra. Yang pro beralasan siswa semakin segar, siswa dapat melaksanakan shalat subuh, jalanan agak mulai lancar dll. Yang kontra mengatakan masih ngantuk, sehingga tidak bisa bisa konsentrasi, tetap macet karena hanya memajukan jam macet, dsb. Untuk pendapat yang satu ini saya sangat setuju karena memang benar jam macet hanya dimajukan yang tadinya antara pukul 06.30 – 07.00 menjadi pukul 06.00 – 06.30. Selain itu siswa dan para orang tua pun harus bangun lebih pagi, hal ini tentu akan berpengaruh pada pola tidur seseorang. Kalau pun tidur lebih awal ini tentu akan mempengaruhi kegiatan sebelum tidur orang tersebut. Lalu bagaimana dengan yang tidur seperti biasanya, tentu mereka akan kurang tidur dan mengakibatkan mereka sulit berkonsentrasi pada waktu jam pelajaran berlangsung. Bukankah pemerintah sedang meningkatkan standar kelulusan untuk membuat siswa giat belajar sehngga mereka menjadi lebih pintar dan SDM kita dapat bersaing dengan SDM di luar negeri. Bagaimana kita bisa belajar lebih giat? Sementara waktu kegiatan kita sebelum tidur dikurangi supaya esoknya kita bisa bangun lebih awal. Lantas untuk apa kita belajar giat dan menjadi pintar kalau hanya untuk membodohi orang yang tidak mengerti? Tentu semua kepintaran yang kita miliki itu tidak ada artinya sama sekali.
Kembali ke topik, sebenarnya pemerintah memiliki banyak cara untuk mengatasi kemacetan yang ada di Jakarta. Menurut bapak saya, pemerintah seharusnya membuat jalan underground seperti di luar negeri. Pendapat ini ada benarnya mengingat ketidakseimbangan antara jumlah mobil dengan jumlah jalan yang ada di Jakarta. Hal ini diperparah lagi dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang tidak seimbang dengan pertambahan luas jalan yang ada di Jakarta. Dengan dibuatnya underground pemerintah DKI Jakarta tidak perlu membayar pembebasan lahan yang ada di Jakarta, tidak perlu merombak apa yang sudah ada dll.
Saya pernah berpikir untuk mengatasi kemacetan yang ada di DKI Jakarta, pemerintah seharusnya mengatur jam masuk, tapi bukan dimajukan tetapi dimundurkan dan bukan pula siswa yang pertama menjadi “kelinci percobaan” melainkan para orang tua mereka yang bekerja pada suatu perusahaan, instansi, perdagangan dll. Tapi belakangan saya kurang setuju, sekarang saya berpikir, kenapa tidak kita “hilangkan” saja sumber kemacetan tersebut? Yang membuat macet Jakarta kan kendaraan pribadi, mengapa tidak kita larang saja kendaraan pribadi beroperasi pada jam sibuk. Kalau orang kesulitan menuju ke kantor kita sediakan saja mobil kantor yang tugasnya mengantar jemput karyawannya. Selain itu pemerintah seharusnya juga menambah jumlah rute busway sehingga masyarakat tidak kesulitan menuju ke kantor. Jika masyarakat mengeluh biaya transportasi mahal, mengapa tidak kita berikan saja subsidi kepada para supir bus yang ada, yang biayanya diambil dari kenaikan harga yang dibebankan kepada pengguna kendaraan pribadi. Dengan begitu tentu para pengguna kendaraan pribadi akan berpikir dua kali jika mereka ingin menggunakan kendaraan mereka.
Tapi itu semua terserah pada pemerintah DKI Jakarta, tulisan ini kan hanya uneg – uneg dalam pikiran saya, yang meminta ingin dikeluarkan. Dan ini pun hanya pendapat saya semoga saja berguna bagi pemerintah DKI Jakarta Amin.

Blora, 11 Januari 2009
20:41
Kubuat setelah melihat wawancara dengan Gubernur DKI Jakarta di salah satu stasiun televisi swasta nasional.