Minggu, 26 April 2009

Indonesia "Kecanduan"


Indonesia sebuah Negara yang subur dan makmur (kayaknya enggak deh) dengan iklm tropis yang cocok untuk berbagai macam tumbuhan. Negara yang kaya dengan SDA (tapi miskin SDM) yang melimpah ruah tanpa batas. Sebuah bangsa yang pernah begitu disegani di dunia internasional, bahkan pernah menjadi rebutan negara-negara maju yang berpengaruh.
Cukup sampai di sini pujian untuk negara yang paling kucintai ini.
 Tapi itukan dulu, sejarah tinggallah kenangan terindah (kalau memang indah) masa lalu. Kalau kita membayangkan kejayaan masa lalu, kita semua akan terbentuk pada utopia kenyataan Negara ini, ya apa boleh buat. Bagaimana tidak? Mulai dari lubang semut sampai lubang gua, dari rakyat jelata sampai penguasa hampir tidak ada bedanya. Saat ini Indonesia (menurut saya) sudah menjadi semacam “kecanduan”. Hal ini bisa kita sadari, tapi mungkin saja kita tak menyadarinya, tetapi justru menganggap hal itu sebagai sesuatu yang essential. Bahkan jika kita tidak mengenalnya kita justru dianggap sebagai orang yang kolot, gaptek dan segala macam. Padahal jika kita cermati “binatang-binatang canggih” tersebut sudah berubah fungsi penggunaannya, dari yang tadinya untuk memenuhi kebutuhan sekunder menjadi kebutuhan tersier, bahkan tak berguna sama sekali. Bisa kita lihat secara kasat mata di kehidupan kita sekarang, anak-anak SD, bahkan TK sudah dikenalkan dengan “binatang binatang” ini. Orang tua mereka takut kalau kalau nanti anak mereka tidak bergaul dengan “binatang” ini nanti disebut …., ya seperti yang sudah saya jelaskan tadi. Betapa sungguh menyedihkan, ketika melihat semua “binatang” itu adalah kreasi negara lain, padahal apa kurangnya kita coba, SDA, kurang apa? SDM orang-orang kita tidak kalah dengan negara lain, terbukti anak-anak Indonesia bisa memenangkan bebagai kejuaraan yang ada di dunia internasional seperti, Olimpiade. Kurang apa lagi? Huh, praktis semua syarat untuk menjadi negara maju terpenuhi sudah. Apakah karena tidak adanya dukungan penuh dari pemerintah? Tidak adanya modal, keterbatasan dana ? Entahlah.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk nomor tiga di dunia, kita sepatutnya “ngaca” pada China dan India. Seperti kita ketahui sekarang China adalah Negara yang sedang berkembang dengan sangat pesat sehingga memberikan ancaman yang serius bagi Jepang. Pun demikian halnya dengan India. Kedua negara ini sedang berlomba-lomba untuk menguasai pangsa pasar internasional. Terbukti dengan harga barang yang mereka tawarkan di pasaran dengan harga yang sangat murah, jauh lebih murah dari yang ditawarkan oleh para “pemain-pemain lama”. Sedikit demi sedikit mulai merebut pangsa pasar sebelumnya. Sedangkan Indonesia? Boro boro bersaing, membuat barang yang sedang digandrungi saja belum bisa, ngomongnya made in Indonesia, padahal dalamnya produk China yang “di-Indonesia-kan”. Sungguh menyedihkan. Apa kurangnya kita hah? Menurutku semua prasyarat telah kita penuhi. Tiap tahun kita malah tidak hanya meng-eksport SDA yang melimpah ruah tetapi juga meng-eksport SDM yang sama melimpah ruahnya (tapi perlu dicatat di sini dalam hal TKI). SDM kita pun terbukti tidak kalah dengan SDM luar, masih mau bukti? Para pembaca mungkin sudah sering melihatnya di layar televisi atau membacanya di koran, jadi tak perlu kusebutkan. Rakyat Indonesia saat ini bukan saja sudah tidak suka terhadap produk dalam negeri, bahkan mungkin mereka sudah “alergi”. Mereka lebih bangga menggunakan produk luar negeri. Mereka berlomba-lomba untuk menggunakan barang barang baru yang harganya mahal dan dengan sendirinya “memamerkan” kekayaannya tersebut. Mereka tak peduli dari mana datangnya uang untuk membelinya, yang penting barang tersebut harus ada. Selain itu semakin mahal, bagus, baru, mewah, dkk, semakin bangga dirinya, merasa dirinya orang kaya, orang penting padahal pada kenyataannya barang tersebut tidak begitu mereka butuhkan, sehingga yang ada adalah mereka menggunakannya untuk hal-hal yang tidak penting sama sekali. Ketika datang saatnya pembagian BLT, huh, mereka kaing kaing minta jatah. Sungguh mnyedihkan. Bagaimana tidak, semakin aku memikirkan hal ini, aku merasa bahwa bangsa ini sudah sedemikian hancurnya peradaban kita, peradaban yang (katanya) maju tapi bukannya membuat kehidupan mereka lebih baik (walaupun kelihatannya lebih baik) tetapi justru malah memisahkan mereka.
Kembali ke topik, di masa krisis ekonomi global seperti sekarang ini, sudah sepatutnya kesempatan ini kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Di saat Negara Jepang pertumbuhan ekonominya negatif, AS kocar kacir, kita seharusnya jeli melihat peluang pasar dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk menjadikan Indonesia dapat berdiri sepantasnya di antara negara-negara maju lainnya, akhir kata wassalam.

Blora, 1 Mei 2009
19:08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar