Manusia
setengah dewa, ya itulah salah satu judul lagu Iwan Fals yang
menjadi kontroversi. Pun demikian halnya dengan Pramoedya Ananta Toer. Ia
adalah manusia kontroversial yang menjadi maestro di bidangnya. Selain itu,
menurut saya, ia lebih dari manusia kebanyakan, bahkan mungkin pantas disebut
dewa. Tetapi Ia memliki kekurangan seperti halnya manusia kebanyakan pula dan ia
tidak suka di dewa-dewakan. Lantas, aku harus meyebutnya apa? Apakah manusia
setengah dewa? Seperti halnya lagu Iwan Fals. Dewa setengah manusia? Kebalikan
dari yang sebelumnya atau mungkin aku hanya harus menyebutnya Pramoedya Ananta
Toer? Nama yang selalu ia gunakan dalam menulis anak-anak rohaninya. Tapi bukan
berarti Pramoedya Ananta Toer tidak memiliki nama lain yang ia gunakan sebagai
nama penanya. Tercatat ia pernah menggunakan nama “P.A Toer”, “Pram A. Toer”,
“Pramoedya A.T” (ketiganya merupakan nama yang disingkat dengan sistem Spanyol)
atau mungkin ‘”Pr. A’Toer” (disingkat dengan sistem Irlandia). Menurut Oemi
Saidah (yang merupakan ibu dari Pramoedya Ananta Toer) nama Pramoedya berasal
dari kata Pra- yang berarti yang
terutama atau yang paling pertama, sedang moedya
berarti peperangan. Jadi nama Pramoedya berarti yang paling pertama dalam
peperangan. Kata kedua adalah Ananta,
yang dalam ensiklopedi Winkler Prins
adalah nama ular sebagaimana mitos Hindu. Entah kebetulan, entah takdir (menurutku
sama saja, tidak ada bedanya), Pram adalah salah seorang pengagum Antasena yang
merupakan anak dari perkawinan antara Antaboga dengan ular. Kata ketiga adalah
Toer, menurut Oemi Saidah Toer berasal dari kata Arab, nama sebuah gunung,
kependekan dari Tursina. Trus kalo digabung kira-kira artinya apa
donk?
BOT, back to topic (cie ileh
pake bahasa Inggris), maksudnya kembali ke topik, buatku Pram adalah sosok luar
biasa, tidak hanya “anak-anak rohaninya”, tetapi juga ia sendiri sebagai sedewa pribadi, eh maksudnya seorang
pribadi. Ia adalah seorang pembela, pemberontak, pelawan, dan penentang
ketidakadilan itulah sebabnya aku memberikan julukan manusia setengah dewa
padanya. Julukan ini tentu saja untuk menunjukkan rasa kekagumanku terhadap
dirinya, terhadap apa yang telah ia lakukan untuk tanah airnya. Sebagai contoh
di era kepemerintahan Gus Dur misalnya, setidaknya aku mencatat ada dua hal
yang mungkin saja terpengaruh oleh “anak rohani” Pram atau akibat sejarah Pram
itu sendiri. Yang pertama adalah dengan dibuatnya Departemen Kelautan dan Perikanan,
menurut saya, Gus Dur membuat departemen ini karena terpengaruh oleh “anak
rohani” Pram yang bernama Arus Balik.
Biarpun saya belum membacanya, tapi dari sinopsis, dapat saya ambil kesimpulan:
buku ini menceritakan tentang pentingnya laut bagi Indonesia, apalagi Indonesia
kan negara maritim, masa pusat kekuatannya di darat, apa nggak khayal? Yang kedua adalah dengan adanya
kebebasan pers, mungkin karena “anak-anak rohani”-nya Pram selalu dilarang
makanya Gus Dur membuat peraturan ini.
Di masa presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) malah lebih nyentrik.
Coba pikir dan bayangkan, masa orang yang sebelumnya tidak pernah tercatat di
buku pelajaran sekolah (yang selama ini saya baca tentunya) sebagai pahlawan
nasional. Kok bisa diberi penghormatan sebagai pahlawan nasional, apa nggak
lebih khayal? Siapa lagi orangnya
yang melakukan itu semua kalau bukan Pramoedya Ananta Toer tentunya. Ya itulah
Pramoedya Ananta Toer, banyak orang yang menjadi musuhnya tapi tidak sedikit
pula yang memberi penghormatan kepadanya di saat Ia “pulang kampung”, termasuk
lawan-lawannya. Kini Ia telah pulang, kembali ke pangkuan ibunda tercinta,
selamat tinggal, mungkin kau telah pergi tapi semangatmu telah merasuk ke dalam
hati dan sanubariku. Good Bye Pram.
Blora 22
Februari 2009
20:23
Kubuat untuk
mengingat pengaruh pengaruh yang telah Pram ciptakan terhadap pemerintah yang ia
tentang selama hidupnya