Minggu, 11 Januari 2009

Kelinci Percobaan Pemerintah DKI Jakarta


Mulai tanggal 4 Januari 2009, pemerintah DKI Jakarta memajukan jam masuk sekolah yang sebelumnya pukul 07.00 menjadi pukul 06.30. Menurut pemerintah DKI Jakarta hal ini dimaksudkan untuk mengurai kemacetan yang ada di Jakarta. Mengapa siswa sekolah yang menjadi “kelinci percobaan”. Karena siswa sekolah Menyumbang 14% kemacetan di Jakarta. Rencananya setelah siswa sekolah ke depannya pemerintah DKI Jakarta akan mengatur jam masuk karyawan sesuai dengan daerah kerjanya. Lagi-lagi dengan alasan untuk mengurai kemacetan di DKI Jakarta. Mengenai kebijakan ini masyarakat ada yang pro tapi banyak yang kontra. Yang pro beralasan siswa semakin segar, siswa dapat melaksanakan shalat subuh, jalanan agak mulai lancar dll. Yang kontra mengatakan masih ngantuk, sehingga tidak bisa bisa konsentrasi, tetap macet karena hanya memajukan jam macet, dsb. Untuk pendapat yang satu ini saya sangat setuju karena memang benar jam macet hanya dimajukan yang tadinya antara pukul 06.30 – 07.00 menjadi pukul 06.00 – 06.30. Selain itu siswa dan para orang tua pun harus bangun lebih pagi, hal ini tentu akan berpengaruh pada pola tidur seseorang. Kalau pun tidur lebih awal ini tentu akan mempengaruhi kegiatan sebelum tidur orang tersebut. Lalu bagaimana dengan yang tidur seperti biasanya, tentu mereka akan kurang tidur dan mengakibatkan mereka sulit berkonsentrasi pada waktu jam pelajaran berlangsung. Bukankah pemerintah sedang meningkatkan standar kelulusan untuk membuat siswa giat belajar sehngga mereka menjadi lebih pintar dan SDM kita dapat bersaing dengan SDM di luar negeri. Bagaimana kita bisa belajar lebih giat? Sementara waktu kegiatan kita sebelum tidur dikurangi supaya esoknya kita bisa bangun lebih awal. Lantas untuk apa kita belajar giat dan menjadi pintar kalau hanya untuk membodohi orang yang tidak mengerti? Tentu semua kepintaran yang kita miliki itu tidak ada artinya sama sekali.
Kembali ke topik, sebenarnya pemerintah memiliki banyak cara untuk mengatasi kemacetan yang ada di Jakarta. Menurut bapak saya, pemerintah seharusnya membuat jalan underground seperti di luar negeri. Pendapat ini ada benarnya mengingat ketidakseimbangan antara jumlah mobil dengan jumlah jalan yang ada di Jakarta. Hal ini diperparah lagi dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang tidak seimbang dengan pertambahan luas jalan yang ada di Jakarta. Dengan dibuatnya underground pemerintah DKI Jakarta tidak perlu membayar pembebasan lahan yang ada di Jakarta, tidak perlu merombak apa yang sudah ada dll.
Saya pernah berpikir untuk mengatasi kemacetan yang ada di DKI Jakarta, pemerintah seharusnya mengatur jam masuk, tapi bukan dimajukan tetapi dimundurkan dan bukan pula siswa yang pertama menjadi “kelinci percobaan” melainkan para orang tua mereka yang bekerja pada suatu perusahaan, instansi, perdagangan dll. Tapi belakangan saya kurang setuju, sekarang saya berpikir, kenapa tidak kita “hilangkan” saja sumber kemacetan tersebut? Yang membuat macet Jakarta kan kendaraan pribadi, mengapa tidak kita larang saja kendaraan pribadi beroperasi pada jam sibuk. Kalau orang kesulitan menuju ke kantor kita sediakan saja mobil kantor yang tugasnya mengantar jemput karyawannya. Selain itu pemerintah seharusnya juga menambah jumlah rute busway sehingga masyarakat tidak kesulitan menuju ke kantor. Jika masyarakat mengeluh biaya transportasi mahal, mengapa tidak kita berikan saja subsidi kepada para supir bus yang ada, yang biayanya diambil dari kenaikan harga yang dibebankan kepada pengguna kendaraan pribadi. Dengan begitu tentu para pengguna kendaraan pribadi akan berpikir dua kali jika mereka ingin menggunakan kendaraan mereka.
Tapi itu semua terserah pada pemerintah DKI Jakarta, tulisan ini kan hanya uneg – uneg dalam pikiran saya, yang meminta ingin dikeluarkan. Dan ini pun hanya pendapat saya semoga saja berguna bagi pemerintah DKI Jakarta Amin.

Blora, 11 Januari 2009
20:41
Kubuat setelah melihat wawancara dengan Gubernur DKI Jakarta di salah satu stasiun televisi swasta nasional.